Senin, 17 September 2012

My Engagement (Tahun 2007)

Mankanannya
Maccaroni Laris Manis

Cecuwis Daging

Pencuci Mulut

Sate Ayam Nan Yummy

 Narsis
Serba Merah
Dengan Papa Tercinta

Dengan Nataya

Dengan Mba Rini

Senin, 02 Juli 2012

Kursi Prioritas

Penumpang bus Trans  Jakarta pasti paham dengan judul tulisan di atas. Empat buah kursi prioritas untuk penumpang prioritas (manula, ibu hamil dan orang yang membawa anak kecil). Ada stiker besar di atas keempat kursi tersebut.

Tapi beda dengan di Luar Negeri yang orang-orangnya memiliki kesadaran tinggi, dimana kursi akan dibiarkan kosong jika penumpang tersebut tidak termasuk kriteria penumpang prioritas. Mereka tetap berdiri walau empat kursi tersebut kosong.

Bagaimana dengan di Jakarta? Kursi tersebut akan langsung diduduki siapapun yang masuk ke Trans Jakarta. Ga peduli dia adalah pria muda dan kekar. Parahnya lagi ga semua petugas Trans Jakarta yang berani negur para penumpang tersebut duduk di kursi prioritas walau jelas tampak ada ibu-ibu tua dan perempuan hamil di dekat mereka.

Ini menjadi PR saya tiap hari. Mengatur strategi agar dapat duduk di bus Trans Jakarta. Pengalaman keguguran 3x berturut-turut jelas membuat saya harus lebih berhati-hati. Dari awal kehamilan kali ini samapi sekarang (17 minggu), strategi harus dipasang. Perut yang belum terlalu terlihat membuncit membuat ga banyak orang tahu kondisi kehamilan saya. Bahkan untuk mendapat tempat berdiri yang bisa menyandarkan badan aja, (walau sudah bilang kalau saya bumil), tetap aja dengan pandangan sebel dari orang-orang tersebut (#khususnya pria muda yang ga pengalaman punya istri hamil kali ya#).

Strategi yang saya pasang adalah berangkat sangat pagi dan terus berdzikir agar dimudahkan ALLAH SWT untuk mendapat tempat duduk. Sepanjang jalan. Strategi berikutnya berusaha mendapat antrean di depan, agar saat bus berhenti, saya bisa segera mencari kursi kosong.

Pulang kantor pun jauh sebelum jam bubaran kantor. Paling  telat jam 15.15 saya sudah bergegas ke halte. ALHAMDULILLAH, bersyukur strategi ini banyak suksesnya.

Namun saya berharap, jika pemerintah ingin makin banyak orang beralih ke kendaraan umum, kondisi seperti ini kiranya bisa diatasi demi kenyamanan penumpang. Waktu kedatangan antar bus juga jangan terlalu lama agar tidak semakin banyak penumpang berdesakan di halte. Jika kondisi ini tidak segera diatasi ,wajar kiranya makin banyak orang yang enggan beralih ke kendaraan umum.

Keguguran Berulang

Tulisan ini bukan sebuah tulisan ilmiah dari sebuah jurnal. Murni hanya pemaparan pengalaman pribadi.

Setelah kelahiran anak pertama secara SC plus pengambilan kista 15 cm di ovarium kanan dan 7,5 cm di ovarium kiri, saya telah hamil lagi sebanyak tiga kali berturut-turut yang berakhir dengan keguguran. Ketiganya di usia kehamilan 8 minggu. Keguguran pertama di bulan Juni 2010, keguguran kedua Juni 2011 dan terakhir Desember 2011, walaupun telah memakai 2 macam obat peguat kandungan yang cukup menguras kantong.

Trauma tentu saja. Apalagi sebenarnya ada vonis dari dokter bahwa saya ga mungkin hamil lagi karena ovarium saya telah rusak.

SUBHANALLAH, ALLAH SWT yang MAHA PENGASIH dan MAHA PENYAYANG, saya masih diberi kesempatan hamil lagi. Trauma saya justru membuat saya penasaran browsing sana sini agar pengalaman buruk tidak berulang di kehamilan sekarang.

Dari sebuah milis ASI di FB, saya mendapat pengetahuah tentang hadist RASULULLAH SAW mengenai kurma untuk ibu hamil. Tujuh kurma di pagi hari, tujuh kurma di siang hari dan tujuh kurma di malam hari. Karena ingin sekali sehat, dibela-belain lah beli Ajwa. Bagus tapi mahal. Hanya bisa beli setengah kilo aja. Lalu untuk selanjutnya saya minum sari kurma (tapi yang dalam jerigen dari Arab). Selanjutnya setelah masuk trimester kedua, saya hanya makan kurma biasa.

Selain itu seminggu sekali saya terapi totok kaki di Kemanggisan. Sakit, tapi ALHAMDULILLAH, berdampak baik. Tidak ada lagi keputihan dan flek.

Dari salah satu milis FB tentang Gentle Birth, saya menemukan blog salah satu adminnya. Blog Bidan Kita. Salah   satu tulisan di blog tersebut membahas tentang keguguran berulang. Dari sana saya belajar relaksasi, Makin rajin berdzikir lengkap dengan sugesti positif bahwa kandungan ini akan kuat. Bukankan ALLAH SWT sesuai dengan persangkaan hamba-NYA ?

ALHAMDULILLAH, ketiga upaya ini membuat kandungan saya sehat sampai sekarang. Tanpa obat-obatan dan tetap jalan kaki, naik Transjakarta dan angkot untuk pergi-pulang kantor.

Semoga pengalaman ini bisa menyemangati orang-orang yang memiliki pengalaman seperti saya.

Selasa, 03 April 2012

Semoga Semakin Transparan

Tulisan ini dibuat dengan harapan semoga sistem pendidikan dasar dan enengah saat ini, tidak seperti jaman saya dulu (*hehehe,ketahuan tuanya*). Benar-benar hanya luapan emosi setelah membaca surat kabar.

Sekitar seminggu lalu saya cukup terhenyak membaca berita di koran, bahwa sistem SNMPTN akan diubah. Dengan alasan melihat konsistensi prestasi semasa SMU akan memiliki dampak signifikan (berkorelasi positif) terhadap perstasi di bangku kuliah.

Setuju banget, selama sistem pendidikan (* baca proses belajar mengajar*) sudah bersih, jujur dan transparan.

Berkaca pada pengalaman saya dulu. Jujur, UMPTN (*nama SNMPTN saat itu*) adalah tonggak yang mampu mengembalikan kesadaran saya, tanpa dicurangi pihak lain. Tonggak kembalinya harga diri dan kepercayaan diri saya.

Setelah mengalami masa menyenangkandan berprestasi  di salah satu SD Negeri favorit di Jakarta, saya mengalami masa SMP yang menyebalkan.Sangat menyebalkan. SMPN favorit tempat banyak anak pejabat  dan anak orang kaya bersekolah. Bagaimana tidak? Saat kelas 1, saya masuk ranking 2 di kelas. Dan pengalaman  meruntuhkan harga diri dimulai. Hanya saya satu-satunya anak di 10 besar yg di lempar dari kelas prestasi.  Padahal semua ranking di bawah saya (dari 1 -10) yg masuk 10 besar, masuk kelas favorit, kelas prestasi. Alasannya, sangat gila menurut saya : agar ada pemerataan, agar ada murid yg berpresatasi bisa memacu semangat murid lain. Kalau begitu, kenapa harus tetap ada 2 kelas favorit? Alasan yg terlalu dibuat-buat.

Tak patah semangat, saya walaupun ditempatkan di kelas anak-anak bermasalah, tetap berprestasi. Ga kalah dengan nilai anak-anak kelas favorit.

Namun cobaan belum berakhir. Karena saya anak orang biasa, pas NEM dibagikan, ada yg ganjil, dan saya ga bisa bertanya. Alasan komputerisasi. Padahal saat itu belum komputerisasi. Kepala sekolah ga transparan. Pas jaman adik sekolah di SMPN Favorit lainya, dan kita sudah punya kenalan di Kementrian Pendidikan. Pas nilai adik tertukar bisa kita telusuri, dan terbukti tertukar. Di SMP swata Katholik pun, kepala sekolahnya sangat transparan dan berusaha mencari tahu kalau ada nilai yg ganjil. Tidak seperti sekolah saya. Keterlaluan.

Patah hati jelas, ogah belajar dan ga akan mau belajar. Plus di SMA Negeri tempat saya jelas banget, anak-anak orang kaya les hampir semua pelajaran. Tiap semester guru dikasih parcel. Bahkan ada yang ganti 4 velg mobil guru. Semua guru Matematika, Fisika, Kimia dan Bahasa Inggris dapat bingkian.

Jadi saat itu saya dan teman saya yg bukan anak pejabat, bukan anak orang kaya, hanya menggantungkan nasib di UMPTN.

UMPTN pertama kami gagal. .Kami sangat ngotot masuk program studi favorit di universitas ternama. Padahal persiapan kurang.  Tahun berikutnya kami lolos. Sahabat saya masuk Fakultas Kedokteran UNPAD dan saya masuk FEUI.

Sedangkan anak-anak yg gemar nyogok, masuk swata, itupun bukan di gelombang gelombang pertama. Banyak yg terlempar tidak diterima di swasta favorit.

Jadi kalau sistem pendidikan belum merata mutunya,  jujur, bersih dan transparan bagaimana nasib anak-anak biasa yang mampu berprestasi harus mengangkat kembali harga diri mereka?

Karena bagaimanapun SNMPTN adalah sarana yg lebih bisa kami percayai "bersih" dalam pendidikan Indonesia. Tidak terdengar masalah kebocoran, lebih adil dan transparan.

 

Rabu, 07 Maret 2012

Kontrakan

Sudah sebulan keluarga kecil kami mencoba ngontrak dan belajar mandiri. Sebenarnya dari awal menikah, kami sudah ingin mengontrak dan pisah dari ortu. Namun, pertimbangannya adalah saat itu, kasihan kepada ortu. Kenapa? ALHAMDULILAH, selama ini ALLAH SWT memberi jalan rezeki dan solusi beberapa masalah ortu dari kami.

Namun, suatu saat suami mengingatkan saya bahwa rezeki itu dari ALLAH SWT, jadi walaupun kami pindah, suami saya yakin bahwa ALLAH SWT yg Maha Pengasih dan Maha Penyayang akan tetap memberikan jalan rezeki bagi orang tua saya.

Akhirnya kami pindah mengontrak ke Barat Jakarta. InsyaALLAH, doá kami akan ada jalan pula untuk kami membeli rumah.

Dan perkataan suami terbukti. ALLAH SWT masih membuka pintu rezeki bagi orang tua saya. walaupun beberapa pengeluaran jadi harus mereka tekan habis-habisan. Tapi jalan rezeki tidak tertutup. ALLAH SWT mengajarkan bagi kami semua agar benar-benar ikhlas dan pasrah pada ALLAH SWT.

Di kontrakan pun kami mulai menata hidup. Mulai bisa mengumpulkan dan memiliki barang-barang perabotan sendiri. ALHAMDULILLAH,

Kontrakan

Sudah sebulan keluarga kecil kami mencoba ngontrak dan belajar mandiri. Sebenarnya dari awal menikah, kami sudah ingin mengontrak dan pisah dari ortu. Namun, pertimbangannya adalah saat itu, kasihan kepada ortu. Kenapa? ALHAMDULILAH, selama ini ALLAH SWT memberi jalan rezeki dan solusi beberapa masalah ortu dari kami.

Namun, suatu saat suami mengingatkan saya bahwa rezeki itu dari ALLAH SWT, jadi walaupun kami pindah, suami saya yakin bahwa ALLAH SWT yg Maha Pengasih dan Maha Penyayang akan tetap memberikan jalan rezeki bagi orang tua saya.

Akhirnya kami pindah mengontrak ke Barat Jakarta. InsyaALLAH, doá kami akan ada jalan pula untuk kami membeli rumah.

Dan perkataan suami terbukti. ALLAH SWT masih membuka pintu rezeki bagi orang tua saya. walaupun beberapa pengeluaran jadi harus mereka tekan habis-habisan. Tapi jalan rezeki tidak tertutup. ALLAH SWT mengajarkan bagi kami semua agar benar-benar ikhlas dan pasrah pada ALLAH SWT.

Di kontrakan pun kami mulai menata hidup. Mulai bisa mengumpulkan dan memiliki barang-barang perabotan sendiri. ALHAMDULILLAH,

Kontrakan

Sudah sebulan keluarga kecil kami mencoba ngontrak dan belajar mandiri. Sebenarnya dari awal menikah, kami sudah ingin mengontrak dan pisah dari ortu. Namun, pertimbangannya adalah saat itu, kasihan kepada ortu. Kenapa? ALHAMDULILAH, selama ini ALLAH SWT memberi jalan rezeki dan solusi beberapa masalah ortu dari kami.

Namun, suatu saat suami mengingatkan saya bahwa rezeki itu dari ALLAH SWT, jadi walaupun kami pindah, suami saya yakin bahwa ALLAH SWT yg Maha Pengasih dan Maha Penyayang akan tetap memberikan jalan rezeki bagi orang tua saya.

Akhirnya kami pindah mengontrak ke Barat Jakarta. InsyaALLAH, doá kami akan ada jalan pula untuk kami membeli rumah.

Dan perkataan suami terbukti. ALLAH SWT masih membuka pintu rezeki bagi orang tua saya. walaupun beberapa pengeluaran jadi harus mereka tekan habis-habisan. Tapi jalan rezeki tidak tertutup. ALLAH SWT mengajarkan bagi kami semua agar benar-benar ikhlas dan pasrah pada ALLAH SWT.

Di kontrakan pun kami mulai menata hidup. Mulai bisa mengumpulkan dan memiliki barang-barang perabotan sendiri. ALHAMDULILLAH, semua hal dalam menuju kemandirian dimudahkan.

(*Tulisan ini dibuat setelah menikmati pemandangan indah dari atas jembatan penyeberangan antar koridor Trans Jakarta*)