Selasa, 04 Oktober 2011

Perjalanan kami

Di usia 3 tahun 6 bulan pernikahan kami, ALLHAMDULILLAH, semuanya semakin membaik.  Jatuh bangun kami rasakan dari pernikahan yang dimulai dari nol secara ekonomi.

Ujian yang menurut saya berat adalah ketika saya harus "menyesuaikan diri"dengan sifat suami yang sangat "pemurah".

(Semoga amal ini tidak hilang ya ALLAH) ketika saya menangis, harus merelakan tabungan melahirkan saya, untuk diberikan kepada mertua, karena salah satu kakak suami menggadaikan  surat rumah mertua untuk kepentingan pribadi si kakak, dan si kakak tidak mau bertanggung jawab. Namun, Gusti ALLAH boten sare, ada jalan keluar sehingga persalinan SC pun tetap bisa berlangsung selamat.

Tidak hanya itu, beberapa kejadian lain masih terjadi di tahun yang sama, bahkan di tahun-tahun selanjutnya yg memakan biaya sangat tidak sedikit. dan ini semua BUKAN karena perbuatan kami, tapi perbuatan pihak lain, dimana suami saya selalu tidak tega untuk tidak membantu (dan seringkali secara full)

Namun perlahan semua mulai bisa dibicarakan termasuk semua hal. Laba suami pun dari usaha yg dirintisnya dari titik nol mulai sedikit demi sedikit bisa diandalkan.

InsyaALLAH, tahun depan, mulai ada jalan bagi kami untuk bisa memiliki rumah sendiri dan mobil, AAAMIIIN.

Gusti ALLAH, memang tidak pernah tidur, dan selalu membalas amal baik hambaNYA dengan berlipat ganda.

 

 

16 komentar:

  1. amiiinnn..
    malah bagus punya suami pemurah kan ya.. banyak sadakoh..

    BalasHapus
  2. Subhanallah...
    Salut pada sabarmu, Mbak :-)

    Aku turut belajar dari kisah hidupmu.

    Hebat loh Mbak, 3 tahun menikah sudah akan memiliki rumah dan mobil pribadi, insyaAllah berkah ;-)

    BalasHapus
  3. Semoga dilipatganakan balasan atas kemurahan hati suaminya mbak Yudith. aamiin.

    BalasHapus
  4. kapan ke rumahku... pas di belakang rumah mbahmu nih...

    BalasHapus
  5. Terimakasih Mba Tintin atas do'anya.
    Iya shodaqohnya suami itu memang didasarkan prinsip dia:
    siapapun yg meminta (sekalipun yg minta lebih memiliki rezeki dibanding kami)
    tetaplah berarti yg meminta yg lebih membutuhkan.

    BalasHapus
  6. Terimakasih atas do'anya Mba Eva:)

    BalasHapus
  7. Justru saya masih harus banyak belajar bersabar, Mba Ima.

    Suami saya selalu meyakinkan saya, bahwa ALLAH SWT pasti akan memenuhi kebutuhan kita
    baik di dunia maupun di akhirat, jika kita ikhlas melakukan apapun sesuai ketetapan-NYA

    BalasHapus
  8. AAAMIIIN.
    Terimakasih banyak atas do'anya, Pak Iwan.

    BalasHapus
  9. Mau banget, Mba Ira.
    InsyaALLAH, setelah penelitianku kelar.

    Hehehe, lagi pontang panting dead line

    BalasHapus
  10. amin mbak.... salut ama mbak dan suami *10 jempol* ehh pake jempol sapa ya :p

    BalasHapus
  11. Kalau suami sich yakin 100%, semua tetap baik-baik saja.
    Kalau saya mah tetap suka panik.
    Yg jelas, InsyaALLAH, masih jadi customer setia Icus kok ;-)

    BalasHapus
  12. itu yang paling penting mbak... hihihi piss :D

    BalasHapus
  13. oh Mba yudid, matematika Allah itu emang bukan spti matematika manusia, two thumbs up mba aku pun pernah merasakan apa yg mba yudid rasakan :)

    BalasHapus