Di usia 3 tahun 6 bulan pernikahan kami, ALLHAMDULILLAH, semuanya semakin membaik. Jatuh bangun kami rasakan dari pernikahan yang dimulai dari nol secara ekonomi.
Ujian yang menurut saya berat adalah ketika saya harus "menyesuaikan diri"dengan sifat suami yang sangat "pemurah".
(Semoga amal ini tidak hilang ya ALLAH) ketika saya menangis, harus merelakan tabungan melahirkan saya, untuk diberikan kepada mertua, karena salah satu kakak suami menggadaikan surat rumah mertua untuk kepentingan pribadi si kakak, dan si kakak tidak mau bertanggung jawab. Namun, Gusti ALLAH boten sare, ada jalan keluar sehingga persalinan SC pun tetap bisa berlangsung selamat.
Tidak hanya itu, beberapa kejadian lain masih terjadi di tahun yang sama, bahkan di tahun-tahun selanjutnya yg memakan biaya sangat tidak sedikit. dan ini semua BUKAN karena perbuatan kami, tapi perbuatan pihak lain, dimana suami saya selalu tidak tega untuk tidak membantu (dan seringkali secara full)
Namun perlahan semua mulai bisa dibicarakan termasuk semua hal. Laba suami pun dari usaha yg dirintisnya dari titik nol mulai sedikit demi sedikit bisa diandalkan.
InsyaALLAH, tahun depan, mulai ada jalan bagi kami untuk bisa memiliki rumah sendiri dan mobil, AAAMIIIN.
Gusti ALLAH, memang tidak pernah tidur, dan selalu membalas amal baik hambaNYA dengan berlipat ganda.
amiin
BalasHapusamiiinnn..
BalasHapusmalah bagus punya suami pemurah kan ya.. banyak sadakoh..
amiin
BalasHapusSubhanallah...
BalasHapusSalut pada sabarmu, Mbak :-)
Aku turut belajar dari kisah hidupmu.
Hebat loh Mbak, 3 tahun menikah sudah akan memiliki rumah dan mobil pribadi, insyaAllah berkah ;-)
Semoga dilipatganakan balasan atas kemurahan hati suaminya mbak Yudith. aamiin.
BalasHapuskapan ke rumahku... pas di belakang rumah mbahmu nih...
BalasHapusTerimakasih atas do'a nya:)
BalasHapusTerimakasih Mba Tintin atas do'anya.
BalasHapusIya shodaqohnya suami itu memang didasarkan prinsip dia:
siapapun yg meminta (sekalipun yg minta lebih memiliki rezeki dibanding kami)
tetaplah berarti yg meminta yg lebih membutuhkan.
Terimakasih atas do'anya Mba Eva:)
BalasHapusJustru saya masih harus banyak belajar bersabar, Mba Ima.
BalasHapusSuami saya selalu meyakinkan saya, bahwa ALLAH SWT pasti akan memenuhi kebutuhan kita
baik di dunia maupun di akhirat, jika kita ikhlas melakukan apapun sesuai ketetapan-NYA
AAAMIIIN.
BalasHapusTerimakasih banyak atas do'anya, Pak Iwan.
Mau banget, Mba Ira.
BalasHapusInsyaALLAH, setelah penelitianku kelar.
Hehehe, lagi pontang panting dead line
amin mbak.... salut ama mbak dan suami *10 jempol* ehh pake jempol sapa ya :p
BalasHapusKalau suami sich yakin 100%, semua tetap baik-baik saja.
BalasHapusKalau saya mah tetap suka panik.
Yg jelas, InsyaALLAH, masih jadi customer setia Icus kok ;-)
itu yang paling penting mbak... hihihi piss :D
BalasHapusoh Mba yudid, matematika Allah itu emang bukan spti matematika manusia, two thumbs up mba aku pun pernah merasakan apa yg mba yudid rasakan :)
BalasHapus