Senin, 10 Januari 2011

Belajar menempatkan diri

Belajar menempatkan diri sebagai hamba ALLAH SWT ini yg saya maksudkan dalam curhat kali ini. Benar-benar curhat tentang diri sendiri dan tidak ada maksud setitik pun untuk menyinggung orang lain.

Terlahir dari keluarga yg belajar agama seadanya, ngaji membaca Al Qu'an, sedikit fiqih dan akhlaq, tapi ga ketat melaksanakan perintah ALLAH SWT secara kaffah (CMIIW please kalau salah ejaannya), membuat saya terkaget kaget setelah menikah. Rupanya ini rahasia ALLAH SWT memilihkan suami untuk saya. Suami bukan tipe pemarah bahkan cenderung humoris. Tapi...kalau perkara melalaikan hak ALLAH SWT, duh benar-benar dia sangat marah. Hal yang (tadinya) saya anggap berlebihan, Contohnya jika saya sholat tidak tepat waktu (padahal baru 1 jam setelah adzan Ashar berkumandang. Asli dia sangat-sangat marah.

Dibandingkan dirinya, saya akui saya bagaikan anak yg baru belajar agama. Sebelum adzan berkumandang di tiap sholat 5 waktu, suami saya selalu mandi, memakai pakaian terbaiknya dan wangi-wangian dan cerah ceria ke Masjid. Padahal kalau ke tempat lain, dia ga akan mau pakai wangi-wangian dan baju terbaik.

Lalu masalah kebiasaan saya nonton televisi sampai malam, sehingga saya belum rapi pas adzan Subuh berkumandang, padahal dia sudah rapi wangi, sudah Sholat sunnah dan siap ke Masjid,wah bisa tak ada ampun, teguran keras bahkan sajadah sudah dia gelar untuk saya dan pasti dibangunkan paksa. Dan akan marah kalau jam 5 belum Sholat Subuh karena buat dia sholat ya harus teng tong setelah adzan berkumandang.

Bahkan sampai memeriksa jadwal membaca Al Qur'an. Menempatkan sebagai hamba ALLAH SWT itu ternyata kuncinya dan kok ya bisa pas dengan tema ceramah Shubuh di TV pagi ini. Di ceramah pagi ini Sang Ustadz mengatakan kalau kita ikhlas beribadah pada ALLAH SWT, maka kebutuhan kita pasti akan ALLAH SWT penuhi/cukupkan walau kita miskin dengan cara yg kita ga sangka(CMIIW). Ikhlas menempatkan diri sebagai hamba ALLAH SWT , itu PR yg masih harus saya kerjakan.

6 komentar:

  1. bersyukur dapet suami seperti suami mbak yudith

    BalasHapus
  2. suaminya lulusan pesantren ya? semoga iklas ibadahnya..

    BalasHapus
  3. soalnya berat kan mbak tugas suami ya membimbing istri itu
    istri itu kan menurut orang jawa istilahnya swarga nunut, neraka katut
    jadi kalau suami baik dan pinter membimbing istri, insyaAllah masuk surga bareng2
    kalau suami melenceng dan istri gak dibimbing ikutan melenceng, naudzubillah ...bisa masuk neraka bareng2
    disyukuri aja dapet bimbingan dari suami, semoga nantinya ikhlas beribadah gak pake' ngedumel :)

    BalasHapus
  4. @Mas Pryo, iya ALHAMDULILLAH. @Mba Tintin, bukan lulusan pesantren, tapi aktif mengikuti berbagai kajian ilmu. @Mba Shanti, iya Mba, itu alasan suamiku, dia akan dimintai pertanggung jawaban di akhirat. Awalnya kaget juga, karena saya dibesarkan di keluarga "yang penting Sholat 5 waktu"; beda dengan dia yg banyak persiapan bersih2 dll dan harus sudah di Masjid pas Adzan.

    BalasHapus
  5. Bersyukur banget ya mba punya imam yang benar benar membimbing..alhamdulillah sekali..:),seneng bacanya skalian aku mampir baca baca yg lain :)), smoga menjadi keluarga yang selalu diberkahi Alloh SWT..amiin..

    BalasHapus
  6. Terimakasih Mba Nik, sudah berkunjung:)

    BalasHapus